Jumat, 09 November 2012

Sikap Yang Sangat Merugikan : Ghibah - Buhtan - Fitnah

GHIBAH - BUHTAN - FITNAH ADALAH PENYAKIT HATI

Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berhubungan - komunikasi satu dengan yang lainnya, seperti di dalam bekerja di kantor, mungkin juga adalam berbisnis lainnya. Terkadang ada juga bisnis yang kita memiliki jaringan cukup banyak yang merupakan 1 tim jaringan. Di sinilah masalah Ghibah - Buhtan - Fitnah sangat mudah terjadi, seharusnya bisnis ini sangat baik, asalkan masing-masing kita hanya membicarakan seputar peningkatan jaringan dan peningkatan demi besarnya jaringan demi kesuksesan bersama.



INGAT: Allah memang Maha Pengampun, tapi khusus dosa Ghibah - Buhtan dan Fitnah, karena ini berkaitan dengan makhluk/manusia lain, Allah memberikan ketentuan dan persyaratan yang berlaku untuk mengampunkan permintaan dosa ini, yaitu penyebar Ghibah harus meminta maaf kepada orang yang jadi korban Ghibah-Buhtan-Fitnah.
Ini indahnya hukum bersosialisasi kemasyarakatan dalam Islam, agar masing-masing menjaga LISAN-nya.

Inilah mengapa 1600 tahun lalu, Rasululloh telah membuat ke 3 hukum di bawah ini, yaitu:

Bergunjing (ghibah) atau yang lebih dikenal sekarang dengan kata "Gosip" merupakan hal yang biasa dijaman sekarang ini, bahkan makin disemarakkan dengan acara di televisi yang dikenal dengan acara "infotainment". Di acara tersebut dapat dengan mudah kita mengetahui keburukan-keburukan orang lain, padahal banyak kerugian yang akan menimpa diri kita.

Diriwayatkan sebuah hadits dari Jabir bin Abdullah ra., bahwa Nabi saw bersabda : "Hindarilah mengunjing, karena mengunjing itu lebih berat (siksanya) dari berzina". Para Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, apa alasannya mengunjing itu lebih berat dari berzina?" Nabi bersabda, "Sesungguhnya seorang lelaki yang telah berzina lalu ia mau bertobat, maka Allah akan menerima tobatnya. Tetapi orang yang mengunjing, Allah tidak akan mengampuni sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya".

Diriwayatkan pula, ada seseorang yang nanti dihari kiamat diberikan kepadanya buku catatan amalnya. Lalu dia tidak melihat didalamnya catatan amal kebaikannya, maka dia berkata, "Ya Tuhanku, dimanakah amal shalatku, puasaku dan ketaatanku?" Maka dikatakan kepadanya, "Hilang seluruh amal kebaikanmu, lantaran kamu mempergunjingkan manusia." Diberikan pula catatan amal seorang lelaki lainnya yang diterima dengan tangan kanannya. Lalu dia melihat amal-amal kebaikan yang tidak pernah dilakukannya, maka diucapkan kepadanya: "Inilah catatan amal-amal kebaikan manusia yang telah mempergunjingkanmu, sedang kamu tidak menyadarinya."

Sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a. berkata, "Lidah itu laksana seekor binatang buas, bila dilepaskan pasti membunuh."

DALAM HADIST DITERANGKAN:
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasulullah SAW  berada di majelis sahabatnya. Lalu, beliau bertanya kepada mereka:
"Tahukah kalian, apakah ghibah itu?" Mereka menjawab, "Allah SWT dan RasulNya lebih tahu." Nabi SAW berkata, "Kalian mengatakan sesuatu yang tak disukai saudara kalian." Salah seorang dari mereka bertanya, "Bagaimana menurut anda, wahai Rasulullah, jika apa yang kukatakan perihal saudaraku itu benar?" Nabi SAW menjawab, "Jika yang kamu katakan itu benar berarti kamu menggunjingnya (ghibah); jika yang kamu katakan itu tidak benar berarti kamu mengada-ada (bhutan)." (HR Muslim Tirmidzi)
Apabila seseorang mengetahui aib atau kekurangan saudaranya, baik moral maupun fisik, dan itu memang benar adanya, maka itu dinamakan menggunjing (ghibah). Orang yang melakukannya layak mendapat siksa Allah SWT. Hanya saja siksa yang lebih keras ditimpakan kepada orang yang mengada-ada (buhtan); yaitu membicarakan aib orang lain yang tak disandangnya atau membicarakan perkataan orang lain yang tak pernah dikatakannya.

Abu Darda RA menceritakan bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa menggunjing seorang muslim dengan perkataan, sedangkan pembicaraan itu tidak sesuai dengan yang sebenarnya, Allah SWT berhak menghancurkan tubuhnya di neraka pada hari Kiamat kelak hingga perkataannya terbukti (dan pasti ini tak mungkin bisa membuktikkan)." (HR Muslim)
Rasulullah SAW menyampaikan nasihat kepada Abu Dzar Al Ghifari RA:
"Sebaiknya kamu diam! Karena diam itu dapat mengusir setan dan menolongmu atas persoalan agamamu. Katakanlah yang benar meskipun pahit dan jangan takut membela hak Allah meskipun orang lain membenci." (HR Muslim)
Di antara hadis Nabi SAW yang menyinggung persoalan ini adalah:
"Orang berakal hendaknya memerhatikan waktunya, peduli untuk memperbaiki keadaannya, dan memelihara lisannya. Siapa yang mengukur ucapan dari perbuatannya, maka bicaranya sedikit, kecuali yang diperlukan." (HR Muslim)
Ghibah tidak terbatas dengan lisan saja, namun juga bisa terjadi dengan tulisan atau isyarat seperti kedipan mata, gerakan tangan, cibiran bibir dan sebagainya. Sebab intinya adalah memberitahukan kekurangan seseorang kepada orang lain. Suatu ketika ada seorang wanita datang kepada ‘Aisyah r.a. Ketika wanita itu sudah pergi, ‘Aisyah mengisyaratkan dengan tangannya yang menunjukkan bahwa wanita itu berbadan pendek. Rasulullah saw lantas bersabda: "Engkau telah melakukan ghibah!".
Semisal dengan ini adalah gerakan memperagakan orang lain seperti menirukan cara jalan seseorang, berbicaranya dan lain-lain. Bahkan yang demikian ini lebih parah dari pada ghibah, karena di samping mengandung unsur memberitahu kekurangan orang, juga mengandung tujuan mengejek atau meremehkan. Tak kalah meluasnya adalah ghibah dengan media masa baik media cetak atau yang dipertontonkan dalam televise, karena tulisan adalah lisan kedua. Media massa sudah tidak segan dan malu-malu membuka aib seseorang yang paling rahasia sekali pun. Yang terjadi kemudian, sensor perasaan malu masyarakat menurun sampai pada tingkat yang paling rendah. Aib tidak lagi dirasakan sebagai aib yang seharusnya ditutupi, perbuatan dosa menjadi makanan sehari-hari.

Macam dan Bentuk Ghibah
Ghibah mempunyai berbagai macam dan bentuk, yang paling buruk adalah ghibah yang disertai dengan riya’ seperti mengatakan: "Saya berlindung kepada Allah dari perbuatan yang tidak tahu malu semacam ini, semoga Allah menjagaku dari perbuatan itu." Padahal maksudnya mengungkapkan ketidaksenangannya kepada orang lain, namun ia menggunakan ungkapan doa untuk mengutarakan maksudnya.
Bahaya Ghibah
Letak parahnya perbuatan ghibah dapat dilihat dari dua sisi:  
Pertama, ghibah (menggunjing) berkaitan dengan hak hamba, dosanya lebih berbahaya karena kezalimannya merembet kepada manusia.
Kedua, ghibah merupakan maksiat yang dikerjakan dengan ringan oleh kebanyakan manusia kecuali orang yang dirahmati Allah. Dan sesuatu yang ringan yang biasa dikerjakan manusia biasanya dianggap sepele, padahal dosanya sangat besar di sisi Allah SWT.

Kafarat Dosa Ghibah (Menggunjing)
Jika seseorang terjerumus ke dalam perbuatan ghibah (menggunjing) hendaknya ia menyesali perbuatannya, meninggalkannya, bertekad tidak akan mengulanginya, memohon ampun kepada Allah, dan bertaubat kepada-Nya. Dan pintu Taubat senantiasa terbuka bagi orang yang berdosa lalu menyesalinya. Hanya saja, dosa menggunjing ada kaitan dengan makhluk. Sedangkan di antara syarat taubat yang memiliki sangkutan hak adami adalah dengan meminta kehalalan dan maafnya.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٍ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ قَبْلَ أَنْ لَا يَكُونَ دِينَارٌ وَلَا دِرْهَمٌ إِنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدْرِ مَظْلَمَتِهِ وَإِنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِلَ عَلَيْهِ
"Barangsiapa yang pernah menzalimi saudaranya dari kehormatan atau sesuatu (miliknya) hendaknya ia meminta kehalalannya dari kezaliman itu pada hari ini, sebelum datang hari kiamat yang saat itu tidak ada manfaatnya lagi dinar dan dirham, jika ia mempunyai amal shalih maka akan diambil sekadar dengan kezalimannya, dan jika tidak memiliki kebaikan maka keburukan saudaranya akan diambil dan dibebankan kepadanya." (HR. Al-Bukhari dan lainnya)
Maka seseorang yang sudah menggunjing saudara muslim lainnya, dan sudah menyebar serta sampai pada orang yang digunjingnya, hendaknya ia datang kepada saudaranya tersebut, mengakui kesalahannya, dan meminta maaf kepadanya. Kecuali jika khawatir keterusterangannya tersebut menimbulkan kerusakan yang lebih besar, maka ia cukup memintakan ampun dan mendoakan kebaikan untuknya, memujinya dan menyanjung akhlak baik yang ada padanya. Hal ini juga berlaku jika isi ghibahnya belum sampai kepada orang yang digunjing, maka tidak perlu memberi tahukan kepadanya, karena bisa menjadikan ia marah dan rusak hubungan persaudaraan.

CARA YANG PALING AMPUH SAAT INI KARENA SIFAT DAN KARAKTER MANUSIA YANG CENDERUNG SANGAT SUKAR DIBUAT MENGERTI:
Apa yang seharusnya kita lakukan saat menghadapi orang yang suka mulai mengghibah:
a. Suruhlah langsung untuk menghentikan (stop) pembicaraannya orang lain yang tidak berhubungan dengan peningkatan bisnis atau untuk kesuksesan. Karena Rosul menyuruh LEBIH BAIK DIAM.
b. Minta agar dialihkan pembicaraan ke topik lainnya, seperti : "Adakah hal atau topik lain yang kita bicarakan selain ngomongin seseorang ?" Bila sudah tidak ada, segera selesaikan urusan lainnya yang berhubungan dengan bisnis.
c. Bila masih tidak mau diam juga orang yang melakukan Ghibah ini, cara yang paling ampuh adalah, segera Anda telpon orang yang sedang dighibah, lalu jelaskan bahwa ada yang sedang membicarakan Anda, agar orang yang mengghibah ini benar-benar berhenti. DIJAMIN.

Dengan cara seperti ini, akan memberikan shock terapi terhadap si pengghibah. Ini lebih baik dilakukan, dari pada TIDAK BERUSAHA UNTUK MENGHENTIKAN YANG SULIT DIHENTIKAN.

Lebih baik dilakukan cara poin c, dari pada Anda mendengar Ghibah pun bisa jadi, karena hadistnya:: "Tetapi orang yang mengunjing, Allah tidak akan mengampuni sebelum orang yang digunjingkannya itu mengampuninya". Bisa saja bila orang yang digunjingkan tidak memaafkan, maka dosa gunjingan ini tidak akan diampuni Allah. Demikian Hadist yang diriwayatkan Jabir bin Abdullah ra.

MANA YANG ANDA PILIH ? 
1. Tetap mendengarkan ghibah, yang bisa jadi dosa ghibah Anda ber 2 dapatkan. Bisnis jalan, karena seolah-olah Anda dinilai menjadi teman "baik", bagi si penggibah ?


2. Atau melakukan poin c, bisnis dan hubungan jelas akan sedikit 'terganggu', tapi membuat efek jera kepada PENGGIBAH. Tapi dosa ghibah tidak terjadi.

Semua kembali kepada diri kita masing-masing, mana yang lebih baik bagi diri Anda di akhirat.

Semoga bermanfaat demi menjaga lisan dan hati.


Penulis,
Drs. R. Kurniawan Prihatmono

Kiat-kiat untuk menghindari dari perbuatan ghibah
Untuk mengobati kebiasaan ghibah yang merupakan penyakit yang sulit dideteksi dan sulit diobati ini, ada beberapa kiat yang bisa kita lakukan.
Pertama, Selalu mengingat bahwa perbuatan ghibah adalah penyebab kemarahan dan kemurkaan Allah serta turunnya adzab dariNya.
Kedua, Bahwasannya timbangan kebaikan pelaku ghibah akan pindah kepada orang yang akan digunjingkannya. Jika ia tidak mempunyai kebaikan sama sekali, maka diambilkan dari timbangan kejahatan orang yang digunjingkannya dan ditambahkan kepada timbangan kejahatannya. Jika mengingat hal ini selalu, niscaya seseorang akan berpikir seribu kali untuk melakukan perbuatan ghibah.
Ketiga, Hendaknya orang yang melakukan ghibah mengingat dulu aib dirinya sendiri dan segera berusaha memperbaikinya. Dengan demikian akan timbul perasaan malu pada diri sendiri bila membuka aib orang lain, sementara dirinya sendiri masih mempunyai aib.
Keempat, Jika aib orang yang hendak digunjingkan tidak ada pada dirinya sendiri, hendaknya ia segera bersyukur kepada Allah karena Dia telah menghindarkannya dari aib tersebut, bukannya malah mengotori dirinya dengan aib yang lebih besar yang berupa perbuatan ghibah.
Kelima, Selalu ingat bila ia membicarakan saudaranya, maka ia seperti orang yang makan bangkai saudaranya sendiri, sebagaimana yang difirmankan Allah SWT: "Dan janganlah sebagian kamu menggunjingkan sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang telah mati?" (Al-Hujuraat : 12).
Keenam, Hukumnya wajib mengingatkan orang yang sedang melakukan ghibah, bahwa perbuatan tersebut hukumnya haram dan dimurkai Allah.
Ketujuh, Selalu mengingat ayat-ayat dan hadits-hadits yang melarang ghibah dan selalu menjaga lisan agar tidak terjadi ghibah.
Semoga kita termasuk hamba yang selalu memelihara lidah dan perkataan dari perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji yang hanya menjauhkan kita dari Ridla-Nya dan mendekatkan pada siksa-Nya. Akhirnya marilah kita berdo’a semoga kita diberikan petunjuk bahwa yang benar itu benar dan diberikan kekuatan untuk melaksanakannya. Dan diberikan petunjuk bahwa yang bathil itu bathil dan diberikan kekuatan untuk menjauhinya. Amin.

http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=312:ghibah&catid=96:ensiklopedi-islam&Itemid=347

2 komentar: