Selasa, 02 April 2013

Tahukah Anda siapa itu Buya HAMKA ?



Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau lebih dikenal dengan julukan HAMKA, yakni singkatan namanya, (lahir di Sungai Batang, Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, 17 Februari 1908 – meninggal di Jakarta, 24 Juli 1981 pada umur 73 tahun) adalah sastrawan Indonesia, sekaligus ulama, ahli filsafat, dan aktivis politik.


Sebagai seorang ulama besar, karya Buya Hamka selalu mampu mencerahkan hati dan pikiran pembaca sepanjang zaman. Karyanya tidak hanya menekuni pembahasan sehubungan dengan kajian relijius, tetapi beliau melalui kreativitas olah pikirnya yang dalam juga menuangkan gagasan pemikirannya dalam ranah kesusasteraan dan filsafat. Dengan gaya penulisan yang mengalir, melalui contoh-contoh deskripsi yang hidup, karya Buya Hamka begitu indah dinikmati para pembaca.


Rumah yang ditempati oleh Hamka bersama neneknya selama di Maninjau
yang setelah direnovasi pada tahun 2001 dijadikan Museum
Rumah kelahiran Buya Hamka

Hamka juga diberikan sebutan Buya, yaitu panggilan buat orang Minangkabau yang berasal dari kata abi, abuya dalam bahasa Arab, yang berarti ayahku, atau seseorang yang dihormati. Ayahnya adalah Syekh Abdul Karim bin Amrullah, yang dikenal sebagai Haji Rasul, yang merupakan pelopor Gerakan Islah (tajdid) di Minangkabau, sekembalinya dari Makkah pada tahun 1906. Beliau dibesarkan dalam tradisi Minangkabau.

Mengenyam pendidikan

Pada tahun 1915, setelah usianya genap tujuh tahun, ia dimasukkan ke sebuah Sekolah desa dan belajar ilmu pengetahuan umum seperti berhitung dan membaca di sekolah tersebut. Pada masa-masa itu, sebagaimana diakui oleh Hamka, merupakan zaman yang seindah-indahnya pada dirinya. Pagi ia bergegas pergi ke sekolah supaya dapat bermain sebelum pelajaran dimulai, kemudian sepulang sekolah bermain-main lagi, bercari-carian, bermain galah, bergelut, dan berkejar-kejaran, seperti anak-anak lainnya bermain. Dua tahun kemudian, sambil tetap belajar setiap pagi di Sekolah Desa, ia juga belajar di Diniyah School setiap sore. Namun sejak dimasukkan ke Thawalib oleh ayahnya pada tahun 1918, ia tidak dapat lagi mengikuti pelajaran di Sekolah Desa. Ia berhenti setelah tamat kelas dua. Setelah itu, ia belajar di Diniyah School setiap pagi, sementara sorenya belajar di Thawalib dan malamnya kembali ke surau. Demikian kegiatan Hamka kecil setiap hari, sesuatu yang—sebagaimana diakuinya—tidak menyenangkan dan mengekang kebebasan masa kanak-kanaknya.



Pernahkah Anda mendengar dari para motivator mengatakan kalimat di atas ? 
"Kalau hidup sekedar hidup, babi di hutan juga hidup. Kalau bekerja sekedar bekerja, kera juga bekerja." Itu adalah perkataan dari Buya Hamka. Apa makna kalimat di atas ? 



Jika anda hidup, hiduplah dengan maksimal dan bermanfaat untuk orang banyak. Tidak hanya cukup puas dengan apa yang telah anda raih saat ini, terlebih hanya untuk diri sendiri atau keluarga saja. Karena sesungguhnya. "Nasib manusia tidak akan pernah berubah, jika manusia tersebut tidak mau merubahnya nasibnya sendiri".

Bagaimana agar hidup tidak seperti seekor binatang, yang dalam hal ini Buya Hamka menganalogikan dengan seekor babi.


Menurut saya, 
Hidup bukan hanya sekedar hidup saja, yang hanya tidur, bangun, makan, minum, seperti seekor babi hutan yang hidup hanya seperti itu. Hidup lebih dari itu, perlu bersosialisasi, perlu beribadah, bersedekah, beramal sholeh, saling nasihat-menasihati, saling bersilaturahmi, dan lain-lain.

Lalu bagaimana agar hidup ini tidak seperti seekor kera. Seperti kera pun juga (sekedar) bekerja seperti kita lihat di jalan-jalan seperti Topeng Monyet: "Sarimin ke pasar", Sarimin pergi ke sawah" dan seterusnya maka kera pun juga bekerja kan.

Jika anda seorang pekerja atau karyawan, bekerjalah menggunakan otak dan hati serta seluruh tenagamu, gunakanlah karunia Allah SWT tersebut untuk memaksimalkan pencapaian hasil pekerjaanmu. Dan selalu mengevaluasi proses serta hasil yang diperoleh, agar ke depannya bisa lebih baik lagi.

Bila kau telah melihat hasil di 1 tahun, dan pencapaian 5 tahun bahkan 10 tahun ke depan sudah bisa dihitung (sudah tertakar), cari dan gunakan potensi dan semangatmu yang lain untuk mencari penghasilan tambahan, agar hidup lebih berbahagia di dunia, yang kesemuanya itu untuk kehidupan di akhiratmu kelak. Karena (jika Anda seorang muslim), Biaya Umroh saat ini sudah mencapai Rp 17 Juta - 18 Juta, ibadah Haji Plus sudah mencapai Rp 70 Juta - 75 Juta. Menjalankan ibu & ayah Anda beribadah haji. Belum lagi membeli rumah untuk membahagiakan seluruh keluargamu, biaya pendidikan anak yang semakin mahal, juga menyumbang banyak Al Qur'an untuk ke masjid-masjid atau sajadah-sajadah untuk masjid dan mushola. Karena bila banyak menyumbang Al Qur'an, selagi Al Qur'an yang kita sumbangkan masih terus dibaca oleh orang yang datang beribadah ke masjid atau mushola yang Anda sumbang tersebut, insya Allah setiap hurufnya menjadi amal baik untuk Anda. Amiin... Amiin ya rabbal alamin.

Tentu Anda tidak mau terkena kalimat yang dilontarkan Buya Hamka (dalam kotak hitam) itu bukan ??!!
Hanya diri kita masing-masing yang bisa menjawab.

Manusia sukses adalah manusia yang mampu memaksimalkan fungsi otaknya dan mengalahkan sifat-sifat negatif dalam dirinya, seperti: malas, "ah sudah capek ah" dan lain-lain. Manusia juga harus menggunakan hati dalam melakukan pekerjaan, hati manusia berfungsi untuk bisa menjadi penyeimbang atas kinerja otak.

Buya Hamka mengatakan :
“Cinta bukan melemahkan hati, bukan membawa putus asa, bukan menimbulkan tangis sali sedan. Tetapi cinta menghidupkan penghargaan, menguatkan hati dalam perjuangan menempuh onak dan duri penghidupan”.

Semoga bermanfaat dan semoga sukses.

Drs. R. Kurniawan Prihatmono
Ruby Manager di K-Link
081386837511