Rabu, 17 Juni 2015

Beribadah Tanpa Ilmu, Amalnya Ditolak Allah SWT



Khutbah sholat Jum'at Mei 2015 masjid di daerah Kabupaten Pemda Bogor di daerah Jl. Sukahati. Semoga menjadi wawasan bahwa jika : “Beribadah Tanpa Ilmu (Agama), Amalnya Tertolak”


Hadirin Sholat Jum’at

Ada 4 syarat agar ibadah diterima oleh Allah SWT, yaitu:

1.Miliki Ilmu (Agama) 
Ada kejadian di zaman Rasululloh bahwa ada seorang yang rajin sholatnya, lalu orang ini meninggal tapi kemudian di dalam kuburnya orang ini disiksa. Lalu disampaikan kepada para sahabat dan sahabat bertanya kepada Rasullulloh: “Kenapa dia  sampai disiksa ya Rasullulloh ?”
Apa kata Nabi: “Dia disiksa gara-gara tumitnya tidak kena air wudhu (untuk melaksanakan sholatnya)”

Berapa banyak orang yang rajin sholat, tapi kalau berwudhunya tidak benar (seperti tumit tidak kena air wudhu), maka hanya capek yang dia dapat. Beribadah tanpa ilmu, maka amal ibadah itu akan tertolak.
Di bulan suci Ramadhan berapa banyak umat muslim pergi ke masjid untuk sholat tarawih. Astaghfirullah. Gara-gara tidak punya ilmu, orang lain sedang sholat dia lewati (persis hingga depan tempat sujud orang yang sholat tersebut). Karena ada hadits: lebih baik menunggu orang yang sedang sholat selama 40 tahun daripada melewati. Berapa banyak orang yang melewati orang yang sedang sholat. Astaghfirullah. Dosa yang dilakukan oleh orang yang melewati gara-gara tidak punya ilmu.
Menjelang bulan suci Ramadhan berapa banyak orang yang datang ke kuburan keluarganya* (karena biasanya ke kuburan menjelang bulan suci Ramadhan sangat ramai dan bisa sampai penuh sesak-penulis), dia ingin berdo’a,  di dalam bahasa orang Sunda disebut “Nyekar”. Astaghfirullah. Gara-gara dia tidak  punya ilmu, apa yang dia lakukan (?) kuburan orang lain dia injak-injak. Hadits shohih menyatakan menginjak-injak kuburan orang lain hukumnya tidak baik. [Ada yang berpendapat makruh, ada yang haram-penulis]. Gara-gara tidak punya ilmu (ilmu agama) ibadah hanya sia-sia. Pantas di salah satu ayat Al Qur’an Allah menyebutkan: 

Fas Alu Ahla dzikri in kuntum laata'lamun 
Yang artinya : Tanyalah kepada ahli ilmu bila kita tidak tahu.
Jangan kita tanya orang yang hanya sekedar berbicara, tapi tidak tahu ilmunya.
Tanyakanlah kepada para ulama, bertanyalah kepada para kiai, bertanyalah kepada para ustadz, agar kita tidak terjerumus melakukan ibadah yang hanya sia-sia belaka.

Syarat selanjutnya agar ibadah kita diterima Allah SWT adalah:

2. Niat 
Sesungguhnya amal tergantung niat (kepada Allah  SWT).
Di zaman nabi Muhammad SAW ada seorang berhijrah ternyata bukan karena Allah dan Rasul, tapi dia berhijrah karena ada seorang wanita cantik, maka dia berhijrah karena ingin menikahi wanita itu.
Kata hadits: “Dia hanya dapat sesuai dengan yang dia niatkan saja."

Ada juga yang dihadapkan di akhirat, bahwa akan ada jika meninggalnya seorang anak Adam maka akan putus kecuali yang 3, yaitu salah satunya adalah ilmu yang bermanfaat. Orang dengan ilmu dan ilmunya bermanfaat. Pas sampai dihadapan Allah, dia akan menyangka akan dimasukkan ke dalam surga, ternyata dia diseret ke dalam neraka. Dia bingung, dia bertanya : Saya ini ahli ilmu, ilmu saya bermanfaat untuk orang banyak. Apa yang disampaikan ke dia (orang ini), kamu punya ilmu tapi untuk menyombongkan diri dan bukan karena Allah SWT, sombong dengan titel, sombong masuk kampus bergengsi, giliran sudah menjadi sarjana hanya sibuk memperkaya diri, bahkan ilmu yang dia dapat hanya membuat susah orang banyak, ilmunya hanya untuk jalan tidak halal, betapa orang yang pintar seperti ini tidak dibutuhkan di negeri ini, karena hanya menjadi parasit di negeri ini. Ilmu tidak bermanfaat, salah niat lagi-lagi.

Lalu orang yang dermawan, banyak harta tapi pas sampai di hadapan Allah, kamu hanya ingin disebut dermawan. Ilmunya dia sudah tahu, sayang niatnya tidak tepat, (dermawannya) niatnya bukan karena Allah semata.



3. Sabar 
Sabar dalam beramal. Sabar dalam beriman. 
Allah berfirman dalam Al Qur’an, surat Al Baqarah : 153 
“Wahai orang-orang yang beriman jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong.”
Sabar dalam beramal sholeh.
Dan Allah SWT akan melihat amal bukan banyak (nya). Amal sedikit tidak apa, tapi “istimror  artinya dilakukan terus-menerus. Buat apa amalnya banyak sholat tahajud seminggu tidak putus, sesudah itu 3 bulan tidak tahajud. Amal sedikit tapi istimror…terus-menerus, inilah yang lebih bermanfaat. Sabar.

Berdo’a untuk anak kita di rumah. Mendidik anak di rumah. Sabar kita berdo’a. Sabar kita mendidiknya. Sebagaimana nabi kita Ya’kub as yang ditinggal oleh putranya (nabi Yusuf) dan dijahati oleh saudara-saudaranya. Nabi Ya’kub as sabar berdo’a. Beliau adalah rasul. Do’anya baru dikabul sesudah beliau tua renta menjelang ajal. Sedangkan kita (saat berdo’a) ingin agar do’anya cepat dikabul (oleh Allah).

Jadi syarat kita dalam mengerjakan ibadah, sabar. Dan sabar dalam beramal sholeh. 

4. Ikhlas

Amal kita tidak akan diterima jika tidak ikhlas, seperti kejadian anak-anak Adam yaitu (kisah) Qabil dan Habil yang berkurban yang satu ihklas yang satu tidak ihklas, maka sia-sia kurban (yang tidak ikhlas ini) yang dia lakukan.
Semoga menjelang bulan suci Ramadhan kita akan belajar, ilmunya kita pelajari.
Bagaimana ilmu agama menyambut bulan suci Ramadhan.
Semoga niat kita benar semua karena Allah  SWT. Dan kita sabar dalam menjalankan ibadah puasa dan yang lain sebagainya di dalam bulan suci itu dan kita melakukannya ikhlas, hanya karena Allah SWT.



Demikian khutbah Jum'at.
=================
Tambahan penulis:

"Lebih baik menunggu selama 40 (tahun) daripada lewat di depan orang yang sedang shalat."
(H.R Bukhari)” Jadi, jika kita mengalami situasi seperti demikian, lebih baik kita menunggu hingga orang tersebut selesai menunaikan ibadah shalatnya. Jika tidak bisa menunggu, maka coba cari jalan lain sehingga kita tidak harus berlalu di hadapan oang yang shalat tersebut.

Jadi sebagai umat muslim kita harus punya ilmu agama, dan harus tahu ilmu dunia pula, seperti:
-mana hal-hal yang syarat-syarat wajib dan rukun saat wudhu dan lain-lain
-mana hal-hal yang hukumnya: Wajib, Sunnah, Mubah (boleh-boleh saja), Makruh (buruk jika dikerjakan) dan haram disebut 5 Hukum Taklifi.
-dan kita juga harus belajar Mengapa suatu hal bila tidak ada di zaman Rasululloh tidak dicontohkan, tapi ternyata sekarang ini diperbolehkan, apa hukumnya dan dasarnya ?

Contoh di bawah ini suatu hal tidak ada di zaman Rasululloh, lalu kita lakukan dan pergunakan untuk bekerja di zaman sekarang  ini, seperti dalam mencari penghasilan saat ini padahal tidak ada di zaman Rasulullah, dan baru beberapa tahun lalu (sekarang) telah ditemukan teknologi baru artinya hal baru tersebut bisa saja diluar Al Qur'an dan Hadits seperti penemuan mobil, motor, pesawat terbang, kereta api tentu tidak ada di zaman rasul, yang ada hanya unta dan kuda.

Teknologi Komunikasi : Handphone, Ipad, komputer, notebook, internet pada zaman Rasul belum ada.
Teknologi Informasi : Komputer Server, Internet dan Satelit juga pada zaman Rasul belum ada.
Teknologi Pengiriman Informasi : Faximile (fax) dan e-mail: pengiriman berita jarak jauh, yang zaman Rasululloh pesan dikirim lewat orang utusan dan utusan ini menggunakan unta atau kuda.
Teknologi Pengobatan: Stetoskope (Stetoskope ditemukan di Perancis tahun 1816), Alat Rontgen, alat Ct scan Otak (MRI) yang di zaman Rasululloh juga belum ada, tapi beberapa dekade belakangan ini ditemukan.
Teknologi Perbankan: Kartu ATM atau kartu debit
Teknologi Fotografi (disebut teknologi bayangan) baru ditemukan tahun 1000 silakan buka link : http://heryfosil.blogspot.com/2010/11/fotografi-sebuah-sejarah-bagi-dunia.html?m=1
Teknologi di zaman Rasul belum ada artinya tidak Rasul contohkan, lalu saat ini berada di rumah Bapak/Ibu sekalian yaitu : Televisi, Video Player (pemutar video), alat karaoke, blender, mixer, rice cooker (penanak nasi) dan lain-lain.
Teknologi Pendingin : Kulkas, AC (pendingin ruangan)
Teknologi Penerangan : pada zaman Rasul baru ada lampu minyak, tapi saat ini kita memakai yang tidak dicontohkan Rasul, yaitu Lampu neon, lampu TLD, lampu bohlam.
Dan masih banyak lagi yang lainnya.

Semua ini adalah hasil kemajuan otak manusia yang diperbolehkan yang dasar landasannya untuk kebaikan (bukan dipergunakan untuk ke-rusak-an, ke-jahat-an, pem-fitnah-an dan tidak melanggar aurat jika berupa foto), untuk kemaslahatan dan kebaikan hidup manusia yang semuanya asalkan tidak (musyrik) yaitu tidak untuk menjadikan sesembahan selain Allah SWT.


Penulis,
Drs. R. Kurniawan Prihatmono

Tidak ada komentar:

Posting Komentar